Minggu, 31 Agustus 2014

EPISODE 10



      Masalah datang silih berganti,jiwa mulai tertekan berdampak bagi raga Rio hingga jatuh sakit.Kartika  yang mendapat kabar sakitnya sang kekasih,bergegas meninggalkan kantor untuk menemui Rio.tidak sulit mencari apartemen Hery,dengan cepat Kartika mengetuk pintu apartemen Hery.pintupun terbuka.

          ‘’syukurlah kamu datang.’’

         ‘’bagaimana keadaan mas Rio,kenapa ia tidak langsung kedokter?’’

          ‘’Rio nggak mau kedokter,ia sudah minum obat penurun panas,sekarang ia sedang tidur.maaf kalau aku mengganggu pekerjaan kamu.aku rasa ia akan lebih baik didekat kamu.ia butuh kamu sekarang ini.’’

           ‘’apa ada masalah?’’

           ‘’Rio yang berhak memberitahumu,bukan aku.ayo masuk.’’

Kartika masuk dan melihat Rio terbaring diranjang.

              ‘’kalau aku tinggal nggak apa-apa kan.aku harus berangkat,Rio nggak masuk kerja,kalau aku juga nggak  ngantor,pasti atasan marah.’’

             ‘’tidak apa-apa.aku akan jaga mas Rio.terima kasih sudah menghubungi aku.’’

           ‘’kalau begitu,aku pergi dulu.’’

           ‘’iya.’'

Hery pun berlalu,kini hanya Kartika bersama Rio yang masih tertidur.perlahan Kartika mendekati Rio memastikan kondisinya.

          ‘’masih panas’’.[gumam Kartika setelah memegang dahi Rio].

Kartika berinisiatif mengambil air dengan handuk kecil untuk membantu menurunkan panas ditubuh Rio.

           ‘’maafkan aku yang membuat kamu seperti ini.kenapa kamu tidak jujur jika kamu terbebani dengan masalah ku’’.[menitikan air mata seraya menaruh handuk didahi Rio].

Detak jam menunjukan pukul sebelas,dua jam sudah Kartika setia menemani Rio berkali-kali mengecek suhu tubuh Rio yang berangsur menurun.tiba-tiba ponsel Kartika berdering.

            ‘’selamat siang dengan ibu Kartika!’’

           ‘’iya saya sendiri.’’

           ‘’kami dari rumah sakit,ingin memberitahukan bahwa hasil pemeriksaan ibu Kartika telah keluar,kami mengharapkan ibu segera datang dan menemui dokter Wirayati untuk segera melakukan pemeriksaan lanjutan.’’

           ‘’saya rasa,hari ini saya tidak bisa datang.’’

          ‘’oh,baiklah kalau begitu saya akan konfirmasi dengan dokter Wirayati,untuk jadwal,kami akan hubungi ibu lagi.’’

          ‘’terima kasih.’’

Setelah menutup ponsel,Kartika menoleh kearah Rio hendak duduk kembali,dan Riopun telah terbangun dari tidurnya.

           ‘’syukurlah kamu sudah bangun,bagaimana,sudah lebih baik?’’[ucap Kartika menampakan senyum seraya memegang dahi Rio]

Tangan Rio meraih tangan Kartika dan menggenggamnya.

           ‘’aku sudah tidak apa-apa,tidak perlu cemas lagi.’’

          ‘’kenapa kamu nggak kedokter sih.panas kamu buat aku takut.’’

          ‘’tapi sekarang sudah tidak apa-apa kan.aku hanya…….kelelahan.’’

           ‘’kamu ini bagaimana.kamu sering mengingatkanku untuk jaga kesehatan,jangan terlalu lelah,tapi kamu sendiri nggak bisa jaga kesehatan.sepertinya mulai sekarang aku juga harus memperingatkan kamu soal kesehatan.’’

Rio tertawa kecil.

            ‘’kamu benar,aku pandai memberi nasihat kepada orang lain,tapi aku tidak bisa mempraktekan kepada diri sendiri.terima kasih sudah menemani aku.pasti Hery yang memberitahumu kan.’’

           ‘’siapa lagi.’’

          ‘’telfon tadi.apa dari rumah sakit?’’

          ‘’oh.iya,biarkan saja.aku ingin menemani kamu sampai kamu sehat.[melihat jam ditangan].ah sudah hampir makan siang.kamu mau makan apa,aku akan belikan.’’

            ‘’apa saja.’’

           ‘’sebentar ya aku beli makanan.’’

Selepas Kartika pergi membeli makanan,Rio menitikan air mata.

          ‘’aku tidak bisa kehilangan kamu Kartika.maafkan aku,maafkan aku.’’[ucap Rio seorang diri]

Tidak jauh dari pintu setelah keluar hendak membeli makanan,langkah Kartika terhenti sejenak.tetesan air mata membasahi pipi Tika.merasa bersalah dengan keterbatasan dirinya menjadi kekasih yang hanya memberi beban atas harapan tinggi dari Rio,Tika bertekad dalam hati,bahwa ia dapat membahagiakan dan memberi pengharapan jua kepada Rio akan kebahagiaan bersamanya.dihapus air matanya pertanda ia tidak akan menunjukan kesedihan dihadapan Rio,hanya kebahagiaan yang akan Tika berikan untuk Rio.

           ‘’mulai saat ini,aku akan penuhi janjiku untuk menjadi kekasih yang akan selalu membahagiakan kamu.’’[gumam Tika seraya menghela nafas]

Tidak lama,Kartika kembali membawa makanan yang sudah dibeli.Rio sudah duduk disofa dengan pakaian rapih.

           ‘’aku sudah beli makanannya.ayo kita makan.’’

          ‘’setelah makan,kita kerumah sakit.kita harus lihat hasil pemeriksaan kamu.’’

          ‘’besok kan bisa.lihat wajah kamu masih pucat.’’

          ‘’tapi,kamu juga harus tahu hasilnya,lebih cepat lebih baik.’’

Kartika menggenggam tangan Rio.

           ‘’jangan terlalu dipikirkan.kamu sakit seperti ini pasti karena terlalu memikirkan kesehatan aku kan.aku saja sudah tidak apa-apa,sejak kemarin sakit itu tidak kambuh, berarti aku tidak mempunyai penyakit berbahaya,jadi aku minta jangan lagi terlalu khawatir.sekarang aku ingin merawat kamu.ayo kita makan.’’

Tidak ada kata terucap dari bibir Rio,ia pun merasa lelah dengan semua masalah yang menimpanya bertubi-tubi.keinginan Kartika untuk sejenak melupakan masalah mereka,secara tidak langsung disetujui Rio.menikmati masa-masa indah seperti dulu kala awal-awal mereka menjalin kasih,jua dirindukan Rio.perlahan senyum Rio berkembang hasil dari ide  Kartika  dikala menemukan play station secara tidak sengaja dan mengajak Rio bermain permainan.ketidak pahaman terhadap permainan itu membuat Kartika tampak lucu dimata Rio.hingga Rio mengajari Tika namun pada akhirnya permainan selalu dimenangkan Rio,membuat Kartika bertambah serius ingin memenangkan permainan.persaingan mulai ketat,Kartika mulai mahir dan ia pun memenangkan permainan.sorak kebahagiaan memenangkan permainan seakan memenangkan kompetisi sungguhan membuat Rio terpukau melihat reaksi Kartika.keceriaan,tawa,yang terpancar dari wajah Kartika yang sebelumnya tidak pernah Rio lihat,mampu membangkitkan semangat Rio dan permainan berlanjut hingga mereka larut dalam keseruan bersaing memenangkan permainan.

         ‘’yeah,menang lagi.dua kosong.ah baru menang sekali saja sudah bangga,lihat.kalah lagi kan.’’[ucap Rio menyombongkan diri]

          ‘’ih,ya tentulah kamu yang menang terus,aku baru beberapa menit lalu belajar sudah menang sekali,pasti bangga karena itu berarti aku pintar.’’[membanggakan diri]

           ‘’anak kecil juga bisa permainan seperti ini.kamu saja yang tidak tahu.bahkan jika kamu main dengan anak-anak,pasti mereka menang terus dari kamu.’’

          ‘’ah[melempar stik ].kenapa aku jadi kesal hanya karena permainan ini,membuat frustasi.’’

          ‘’iya juga ya,seperti anak kecil yang kesal karena kalah terus.’’[Rio tertawa]

Kartika menatap tajam Rio yang menertawai sikap Kartika.setelah beberapa saat menyadari sikap kekanak kanakan mereka yang terlalu larut dalam persaingan permainan,mereka tertawa geli menertawakan diri masing-masing.

         ‘’ah sudah,jangan main lagi.yang ada kita berantem sungguhan.’’

        ‘’iya. lucu kan kita berantem hanya karena permainan.’’[menekan tombol off]

         ‘’kamu mau minum,aku buatkan minum ya.’’[beranjak dari sofa menuju dapur melihat-lihat isi dapur]untuk ditempati satu orang,banyak juga stok minumannya.kamu mau teh atau kopi.’’

           ‘’kopi saja.’’[rio mengambil selimutnya]

Tidak lama Kartika menghampiri Rio dengan membawa dua cangkir kopi susu hangat.

            ‘’badan mu panas lagi?.coba ku lihat.’’[memegang dahi Rio]’’tuh kan panas lagi,kita kedokter saja ya.’’

            ‘’tidak perlu.baru sekali minum obat,ya pasti belum langsung sembuh.sudah duduk saja temani aku disini.[menarik tangan Kartika untuk duduk disampingnya].aku ingin lebih lama bersama kamu.hari ini kamu sukses membuatku tertawa melupakan semua masalah.’’ 

          ‘’aku lakukan karena aku sayang kamu,orang yang aku sayangi pasti akan kubuat ia bahagia.ini minum kopi nya,kutambah susu.’’

Rio pun meminum kopi buatan Kartika bersama Kartika.

           ‘’bagaimana,enak?’’

          ‘’sepertinya kamu banyak kemajuan,lebih enak dari biasanya.’’

           ‘’sudah pasti.ini berkat kursus sama ibu Farah.’’

           ‘’kamu tidak menyesal mencintaiku kan!’’

           ‘’kamu bicara apa sih,tiba-tiba berkata seperti itu.pasti ini karena demam kamu.minum obat ya,obatnya dimana,aku ambilkan.’’

Saat Kartika hendak beranjak dari sofa untuk mengalihkan pembicaraan,Rio menggenggam tangan Kartika untuk tidak pergi darinya.

         ‘’aku hanya ingin memastikan bahwa kamu tidak pernah menyesal mencintaiku karena aku tidak ingin kehilangan kamu.mungkin ini egois, tapi kejujuran hati ini tidak bisa pergi dari mu.aku bukan orang suci,aku banyak melakukan kesalahan.meskipun begitu,aku masih menuntut kamu untuk mencintai ku tanpa menyesal.aku tidak bisa melepasmu.’’

          ‘’setiap orang pernah melakukan kesalahan,tidak ada orang didunia ini yang suci tanpa dosa.namun sangat sedikit yang dapat mengakui kesalahannya dan bersedia memperbaikinya.saat kau meyakinkanku bahwa kau akan berubah dengan cinta yang kumiliki, aku percaya dan kau buktikan janjimu.bagaimana mungkin aku menyesal mencintaimu dengan segala keyakinanku bahwa kamu tidak akan pernah membuat aku menyesal.’’


Tetesan air mata kembali mengalir,suasana haru kembali tercipta.Rio memeluk Kartika dalam tangisan.

           ‘’maafkan aku,maafkan aku….’’

Membiarkan pertanyaan timbul dibenak Kartika dengan kata-kata aneh yang Rio ucapkan,Rio hanya menangis dipelukan Kartika.seakan bibir kelu tidak dapat membuka fakta tentang kesalahan fatal yang telah ia perbuat dimasa lampau.ketakutan akan kehilangan Kartika bila kenyataan itu terbuka,tidak sanggup Rio terima.keegoisan Rio terhadap Kartika untuk menerimanya tanpa menyesal,semata-mata karena cinta Rio yang begitu besar sehingga ia tidak dapat menjauh atapun melepas cintanya terhadap Kartika.
Bersambung……..


EPISODE 9



     
        Hingga pagi tiba,Rio masih terduduk diam tanpa memejamkan mata,bagai raga tanpa jiwa .sebagai teman yang  hanya menerima kedatangan Rio dengan seribu pertanyaan yang tidak terjawab,mulai mengkhawatirkan sikap Rio.

        ‘’lo nggak tidur semalaman?’’[menaruh kopi hangat,duduk dikursi samping Rio].

       ‘’apa karena Mila yang bikin lo begini?.’’[lanjut Hary menghela nafas]

Rio tetap diam seribu Bahasa tanpa menoleh sedikitpun kearah Hery sampai ponsel Rio yang tergeletak dimeja berdering,tidak juga diangkat olehnya yang diketahui Hery nama Kartika tercatat dilayar pemanggil.

''Kartika telpon,lu nggak jawab?''.
 
 Seakan tidak mendengar apapun yang ada disekitarnya,Rio masih terdiam.putus asa melihat Rio tidak sedikitpun merespon pembicaraannya,Hary memutuskan menjawab telpon dari Kartika bermaksud memberitahu keadaan Rio.hampir saja Kartika mengetahui sikap aneh Rio,percakapan terputus oleh tangan Rio yang tiba-tiba merampas ponsel dari tangan Hery dan menonaktifkan ponselnya.

         ‘’gue kira lo nggak dengar dari tadi gue ngomong.’’

         ‘’gue nggak tahu harus gimana.ini seperti kiamat.kiamat bagi kehidupan cinta gue sama Kartika.’’[meneteskan air mata]

          ‘’si Mila wanita jalang itu,dia bikin racun apa lagi sampai lo seperti ini.apa rayuannya sedasyat ini sampai lo goyah?.’’

          ‘’kali ini,ini kesalahan gue.kesalahan yang nggak bisa gue perbaiki lagi.bodoh,gue bego,kenapa saat itu gue nggak ingat gue pernah melakukannya,kalau saja gue tau lebih awal,gue akan rebut dia dan anak gue,tapi sekarang.gue nggak mau dia datang,tapi anak itu……anak itu….apa anak itu harus merasakan imbasnya.’’[menangis histeris]

           ‘’tunggu dulu,maksud ucapan [‘’anak gue’’].itu,apa itu anak lo dari Mila?’’

Rio hanya mengangguk masih menangis.

          ‘’oh…my god.’’

         ‘’gue nggak sanggup,gue nggak sanggup jika mereka tahu.ibu gue,kartika.gue nggak sanggup melihat kekecewaan mereka.apa lagi Kartika,ia sedang sakit.gue nggak tahu harus melakukan apa,pikiran gue buntu.’’[masih menangis menundukan kepala]
         ‘’gue juga nggak tahu harus berkata apa lagi,gue hampir kehabisan kata-kata mendengar pernyataan lo.’’

Tiba-tiba ponsel Hery berdering.

          ‘’ibu lo Rio!’’[ucap Hery melihat nama ibu Rio memanggil]

          ‘’lo yang jawab.’’

          ‘’hallo Hery,Rio ada dirumah  kamu?’’

         ‘’iya tante.semalam Rio menginap dirumah saya.’’

         ‘’syukurlah,tadi Kartika menghubungi ibu,katanya saat ia telfon Rio, yang angkat kamu tapi tiba-tiba terputus dan tidak bisa dihubungi lagi,Kartika tidak tahu nomor kamu jadi ibu yang menghubungi kamu.apa Rio sudah bangun?’’

          ‘’mmmh,[menatap Rio,memberi isyarat.Rio menggelengkan kepala].belum tante,semalam Rio datang larut malam,mungkin ia kelelahan jadi belum bangun.nanti kalau dia sudah bangun,saya akan beri tahu dia bahwa tante menelponnya.’’

          ‘’tolong sekalian bilang juga,jangan lupa hari ini temani Kartika melihat hasil pemeriksaan.juga handphonenya aktifkan.’’

          ‘’iya tante,pasti.’’

          ‘’terimakasih ya Her.’’

          ‘’sama-sama tante.’’[menutup ponsel]

            ‘’sekarang,lo mau diam begini terus?,sementara Kartika sama ibu lo cemas karena sikap lo yang tiba-tiba.apa lo berencana memberitahu mereka?’’

             ‘’nggak tau apa yang harus gue lakukan.saat ini,pikiran gue buntu.’’

             ‘’bagaimana dengan Kartika.lo ingat kan hari ini hasil pemeriksaannya.apa lo juga nggak bisa temani dia?.’’

baru mengingat ia harus menemani Kartika kerumah sakit,Rio hanya terdiam menundukkan kepala seraya memegangi keningnya yang terasa pening.tak kuasa hati bertemu Kartika dan menutupi kesedihannya saat ini,namun hanya Rio kekuatan Kartika melewati masa sulitnya menerima kenyataan penyakit dalam diri Kartika.

          ‘’gue tahu ini sangat berat.lo nggak bisa melihat dia dalam kondisi ini,tapi Kartika sangat butuh lo.lo pernah cerita sendiri bahwa lo adalah kekuatannya,kalau lo lemah,bagaimana Kartika.lo sangat mencintai dia bukan?’’

            ‘’justru karena gue sangat mencintainya,gue nggak bisa  melihat ia menderita.melihat ia menangis karena kesalahan gue.harapan,impian yang gue bangun dalam pikirannya,harus gue hancurkan sendiri dari pikirannya.’’

            ‘’lo sama Kartika belum berakhir.semua masalah pasti ada jalan keluar terbaik.gue yakin akan ada pilihan terbaik buat lo sama Kartika.jangan putus asa dong.Rio yang gue kenal nggak mudah putus asa.iya kan.’’

           ‘’apa mungkin hubungan kami bisa terselamatkan?’’

          ‘’percaya takdir kan!’’

Rio beranjak dari kursi menguatkan hati,memantapkan diri untuk bertemu Kartika seperti tidak terjadi masalah.melihat Rio beranjak dari kursi hendak melakukan sesuatu,membuat Hery sedikit berlega hati bahwa Rio sudah lebih baik dari sebelumnya yang berdiam diri bagai mayat hidup.jiwa yang lemah mengakibatkan raga yang rapuh.tidak dapat menanggung beban kesedihan,tubuh menjadi korban.sejenak Rio merasakan pusing hebat hingga kehilangan keseimbangan,suhu tubuh meninggi,keringat mulai bercucuran.rasa pening bertambah hebat,hendak berpegangan meja,namun tersenggol vas hingga menimbulkan kecurigaan Hery.beberapa saat Hery pun datang melihat vas pecah dan Rio hampir terjatuh,Hery segera menopang Rio menuju tempat tidur.


         ‘’badan lu panas,tunggu disini,gue siapkan mobil,kita kedokter.’’

         ‘’jangan,gue nggak mau mereka cemas,gue cuma butuh istirahat.’’

         ‘’kalau begitu gue beli obatnya dulu.’’ 

Dengan langkah lemas dengan wajah tanpa semangat,Kartika berjalan melewati Nana menuju meja kerjanya.melihat saudara kesayangannya murung tanpa gairah,segera Nana mencari tahu.

          ‘’kenapa Tik,sakitnya kambuh lagi?’’[Tanya Nana cemas]

         ‘’nggak.aku takut……mas Rio tadi nggak angkat handphonnya, yang jawab temannya.dan sampai sekarang handphone mas Rio nggak aktif.’’

         ‘’coba telfon kerumahnya?’’

        ‘’sudah,ibunya yang angkat,Rio nggak ada dirumah.dia dirumah Hery.’’
‘’terus,nggak ada kabar lagi?’’

Kartika hanya menggelengkan kepala.

         ‘’apa mas Rio benar-benar belum siap menerima penyakitku?,atau ia butuh istirahat dari semua masalah ini?’’

         ‘’jangan berprasangka dulu.kita aja belum tahu hasil pemeriksaannya.kalau begitu,aku yang temani kerumah sakit ya.’’

         ‘’iya,boleh.nanti setelah pulang kerja kita langsung kerumah sakit ya.’’

Tiba-tiba ponsel Kartika berdering,panggilan dari Rio.

         ‘’halo mas Rio,untunglah kamu telpon.’’[ucap Kartika tersenyum lega]

         ‘’aku bukan Rio.aku Hery.maaf Kartika,aku harus memberitahu kamu.Rio sakit,ia ada dirumah ku,kalau kamu mau datang,aku sms alamatku.aku harap kamu bisa datang,karena aku rasa saat ini ia butuh kamu.’’

         ‘’iya,tolong beritahu alamatnya,aku pasti datang.terima kasih Her.’’[air mata mulai berlinang ]

          ‘’ada apa Tik?’’

          ‘’Rio sakit Na.semua ini karena aku Na,aku terlalu mengharapkan ia menguatkan aku,hingga itu menjadi bebannya.aku merasa bersalah.’’[meneteskan air mata]

Belum sempat Nana bicara,sms masuk dari Hery yang berisi alamat apartemen Hery.

           ‘’aku harus pergi Na,tolong sampaikan izinku ke direktur ya.’’
BERSAMBUNG......