Pernyataan Nana
mengenai perasaan Kartika,masih terniang jelas di otak Rio.seraya menutup pintu
kamar,Rio bersandar sedih dibalik pintu mengingat pernyataan Nana saat mereka
memutuskan berbincang disebuah kafe.
"bagaimana kamu
seyakin itu,apa Tika menyatakannya sendiri?’’
"justru ia
selalu berusaha menutupi kesedihannya.awalnya ku pikir itu memang
keputusannya,ia meminta padaku untuk mendukungnya dan membantunya
melupakanmu.ia menuruti semua saranku untuk membuang semua kenangan-kenanganmu
termasuk foto dan barang-barang pemberianmu.didepanku,ibu farah maupun teman
kantor,Tika bersikap layaknya orang yang tidak sedang patah hati.disaat sendiri
seketika senyumnya hilang,air matanya mengalir.semua pemberianmu,kenanganmu
tidak sanggup ia buang,saranku tidak pernah ia pakai.bagaimana bisa ia
melupakanmu jika hatinya sendiri tidak ingin melupakanmu.’’[ucap Nana berlinang
air mata]
Seketika air
mata mengalir.Rio bangkit dari lamunan berjalan mendekati laci dimeja
kerjanya,dibuka laci itu terdapat sebuah kotak cincin.
"bukan ini yang
ku inginkan Tik,aku memberi kebebasan padamu untuk membebaskan hatimu dari rasa
sakit selama mencintaiku.tapi kenapa justru aku menambah rasa sakit
dihatimu.’’[ucap Rio masih meneteskan air mata sembari menatap cincin
pertunangan]
Tengah meratapi
nasib percintaannya tanpa tahu harus berbuat apa,tiba-tiba ponsel Rio
berdering,panggilan seseorang yang membuat Rio harus bertemu Kartika.tiba
dirumah Kartika,suasana tampak hening.mobil Kartika pun tidak terparkir.
"sudah hampir
jam sepuluh,tika belum pulang?.apa dia nginap dirumah ibu Farah?’’[gumam Rio
menebak]
Beberapa detik
kemudian terlihat cahaya lampu menyilaukan mata Rio.Tika pun melihat Rio berada
didepan rumahnya.pasang wajah dingin,Tika menghampiri Rio.
"apa ini caramu
melupakanku,sibuk setiap hari sampai harus pulang malam.’’[tegur Rio]
"seingatku,kita
sudah tidak mempunyai hubungan apa-apa,jadi untuk apa kamu bicara seperti itu
padaku.’’[ucap Tika berpura-pura bersikap dingin]
"kau merasa
nyaman hidup seperti ini?’’
"kalau kau
kesini hanya untuk berkata itu,lebih baik kau pulang.aku lelah.’’[ucap Tika
berpaling dari pandangan Rio hendak masuk kedalam]
"rumah itu,akan
segera dijual.sudah ada calon pembeli dan besok mereka ingin bertemu pemilik
rumah itu.’’
Langkah Tika pun
terhenti namun tidak berbalik arah.
"aku sudah
mengembalikannya.untuk apa lagi kau beritahu aku.rumah itu milikmu,hak mu untuk
dijual.’’[ucap Tika masih bersikap dingin]
"kamu
salah.rumah itu milikmu,aku memberikan kunci rumah itu padamu karena itu memang
milikmu.rumah itu hadiah pernikahan kita.semua surat beserta sertifikat rumah
itu atas namamu.aku ingin memberikannya…..[berlinang air mata] saat kita
menikah.tapi kau memilih menyerah,jadi kupikir tidak ada gunanya mempertahankan
rumah itu.jika memang kamu ingin melupakan semua nya,semua kenangan diantara
kita.kamu juga harus membuang semua yang bersangkutan dengan kenangan kita."
Pertahanan Tika
goyah,sikap dinginnya seketika berubah.air mata mulai mengalir diwajahnya.tanpa
berani menatap Rio secara langsung,Tika menangis seraya memegang dadanya.
"satu hal lagi
yang ingin kujelaskan.walaupun kita berpisah,aku tidak akan pernah menikahi
Mila.kami tidak pernah bisa bersatu."
Rio berbalik
arah berjalan perlahan menjauh dari Kartika,sementara Tika masih diam terpaku
penuh dengan deraian air mata.langkah Rio terhenti,ia menoleh kearah Tika yang
masih berdiri didepan pintu tanpa melihat Rio.Rio pun menghampiri Tika dan
melihat deraian air mata diwajah Tika.Rio memeluk erat Tika,walau Tika berusaha
berontak melepas pelukan Rio namun Rio mempertahankan pelukannya.
"jangan
menolak,jangan menolak rasa rindu yang kamu pendam.aku pun tidak bisa
menahannya tik.aku ingin menghormati keputusanmu,tapi kalau keputusanmu itu
hanya menambah penderitaanmu,aku tidak bisa menerimanya….!’’[meneteskan air
mata dipelukan Tika]
"jangan
seperti ini Rio.[melepas pelukan].aku tidak bisa melanjutkan hubungan ini.kita
tidak seharusnya bersama.kau sudah tahu alasanku,kau pasti mengerti posisiku.seiring
berjalan waktu,aku yakin kita bisa melupakannya.kau bisa melupakan Mila,kau pun
pasti bisa melupakan ku suatu saat nanti.begitu pun aku."
"Tika...!"
"aku mohon hargai keputusanku.....pulanglah.’’
Tika menetapkan pendirian untuk tidak mengikuti kata
hatinya.ia tetap memilih menyerah walau Rio jelas menyatakan tidak akan pernah
menikahi Mila.alasan Tika bukan hanya sekedar memberi kesempatan kepada Mila
untuk bersatu bersama Rio demi Rima.hati terdalamnya memendam rasa takut
menjadi orang asing diantara Rio dan Rima.
bersambung....